Jumat, 07 September 2012

Pelatihan Tata Boga Bagi Wali Murid dan Tenaga Pendidik PAUD LESTARI

Mewujudkan hubungan kekerabatan yang sehat, harmonis, dan produktif antara peserta didik, orang tua/wali, dan tenaga pendidik, tertera pada Misi PAUD LESTARI pada butir ke 3 (tiga). Maka untuk mengaplikasian hal tersebut PAUD LESTARI bekerja sama dengan PKBM B3 AL-JA’FAR dalam melaksanakan Kegiatan masak memasak (Tata Boga) melalui program PKBG yang diselenggarakan dari tanggal 1 September 2012 sampai dengan tanggal  19 September 2012.

Masak memasak merupakan kegiatan keseharian yang dilakukan oleh ibu rumah tangga atau kaum perempuan pada umumnya. Kegiatan membuat suatu masakan khusus, memerlukan keterampilan memasak, yang bisa diperoleh melalui pengalaman ataupun diajarkan oleh seorang ibu kepada anak perempuannya. Namun, keterampilan seperti itu pada umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik (rumah tangga). Guna memperoleh keterampilan yang baik dan mampu menghasilkan masakan enak, higienis, dan sesuai selera pasar/konsumen, diperlukan pelatihan melalui sekolah, kursus ataupun pelatihan singkat.
Sayangnya, potensi ibu rumah tangga untuk dapat memperoleh penghasilan melalui keterampilan memasak, jarang dioptimalkan. Oleh karena itu, PAUD LESTARI bekerja sama dengan PKBM B3 AL-JA’FAR untuk mengadakan  pelatihan Tata Boga membuat kue bagi ibu Wali Murid PAUD LESTARI. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dan penuh antusias, produk yang dihasilkan sudah memiliki nilai jual dan dapat dijadikan rintisan usaha bidang tata boga. 

Pelatihan yang diberikan dibagi ke dalam lima jenis. Yakni :
  1. Pembuatan Patilo Ubikayu.
  2. Sarang semut
  3. Prol Kristal
  4. Putri dalam kaca
  5. dan Pelatihan Pembuatan Kue lapis tigarasa.
Bahan-bahan dan cara pembuatan :
1. Patilo Ubikayu
Bahan-bahan  :
  • Ubi Kayu
  • Ketumbar
  • Cabe
  •  Gula Pasir 
  • Soda Kue
  •  Garam
  • Penyedap rasa 
  • Minyak goreng (pilih minyak yang baru dengan kualitas cukup baik) 
Peralatan :
  1. Ember plastik/baskom/bakul bambu 
  2.  Pisau 
  3.  Parut 
  4.  Saringan (kain saring/kain kasa) 
  5.  Nyiru/keleong 
  6.  Alat pemberasan 
  7.  Alat cetak (lapak/tatakan gelas plastik, gelang-gelang bambu tebal +1/3 cm atau loyang) 
  8.  Kompor 
  9.  Wajan/sigon untuk menggoreng 
  10.  Rombong/alat pengukus 
  11.  Para-para/tampah dari bambu (kelabang) 
  12.  Kantong plastik untuk mengemas 
  13.  Gunting 
  14.  Timbangan,  dan beberapa alat pendukung lainnya.

Cara pembuatan :
  • Persiapan bahan : Pilih ubi kayu yang masih segar, paling lama 2 hari setelah dipanen, tidak cacat, serta tidak terinfeksi hama dan penyakit. 
  •  Pengupasan :  Ubi kayu yang telah dipilih dikupas kulitnya secara manual dengan pisau yang tajam. 
  • Pencucian :  Ubi kayu yang telah dikupas, secepatnya dicuci dengan air dalam bak pencucian, tujuannya untuk menghilangkan sisa kotoran yang masih melekat , menghilangkan getah atau lendir yang mengandung enzim, untuk pencucian dapat menggunakan sikat cuci. 
  • Perendaman  :  Setelah dicuci ubi kayu direndam satu hari satu malam agar tetap bersih dan putih selama menunggu proses pemarutan. Untuk mendapatkan kualitas tepung yang baik, putih, dan tahan lama disimpan, maka kedalam air perendaman, dapat ditambahkan larutan kapur tohor (50 g kapur tohor dalam 1 liter air). Apabila kita mendapatkan ubi kayu dari jenis yang berasa pahit, maka untuk memnghilangkan rasa pahitnya, sebelum diparut, perlu terlebih dulu dilakukan perendaman dalam air garam ( 50 g garam dalam 1 liter air) selama 24 jam. 
  • Pemarutan :   Setelah di rendam, tahap selanjutnya adalah pemarutan. Pemarutan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemarut secara manual ataupun dengan mesin pemarut. Hasil pemarutan ditampung kedalam ember plastik atau bakul. 
  • Penyantanan  :  Setelah diparut dilakukan penyantanan untuk memisahkan air, pati, dan ampas ubi kayu. Penyantanan dilakukan dengan cara menambah air bersih pada ubi kayu yang telah diparut, meremas-remasnya dan kemudian menyaringnya dengan kain kasa, sama seperti yang dilakukan pada proses penyantanan kelapa. Penyantanan ini dilakukan sebanyak 2-3 kali, sehingga air hasil perasan terlihat bening. Air hasil perasan ditampung dalam bak-bak penampungan  atau ember plastik untuk diendapkan selama 1 malam, sedangkan ampas ubi kayu sisa perasan, dimasukkan ke dalam ember/bakul untuk diperam. 
  • Pengendapan  :  Pengendapan, setelah air hasil perasan diendapkan selama 1 malam, maka akan terbentuk 2 lapisan pada hasil perasan tersebut. Lapisan atas terlihat bening dan jernih, karena terdiri atas air. Adapun lapisan yang bawah yang berupa pati ubi kayu atau tapioka, akan terlihat hijau kekuning-kuningan pada permukaannya dan putih bersih pada bagian bawahnya. Selanjutnya , lapisan yang berupa air (lapisan atas) dan bagian permukaan dari lapisan bawah yang berwarna hijau kekuning-kuningan secara hati-hati dibuang. Kemudian, pati yang berwarna putih bersih diambil dengan sendok kayu, dan dihancurkan dengan cara meremasnya, Pati yang masih basah tersebut segera ditempatkan pada nyiru/keleong, dan dijemur di bawah sinar matahari, sehingga kering dan menjadi tepung. 
  • PemeramanSementara pati ubi kayu dijemur, ampas ubi kayu dimasukkan ke  dalam bakul atau ember besar yang telah dialasi dengan plastik atau daun pisang. Untuk menjaga kebersihan perlu ditutup dengan plastik atau daun pisang, dan diikat seperlunya. Selama pemeraman tersebut, akan terjadi fermentasi dan timbul rasa asam. 
  • Pemberian bumbu : Langkah berikutnya, pati ubi kayu yang sudah dijemur dan ampas ubi kayu yang sudah diperam selama 3 hari dicampur menjadi satu, kemudian ke dalamnya ditambahkan bumbu-bumbu penyedap yang berupa bawang putih, ketumbar, cabai, dan garam. Adonan diaduk rata hingga menjadi adonan yang dapat dipulung. Sebagai pariasi, sebagian adonan dapat dibuat asin atau manis tanpa penambahan cabai. Agar lebih menarik, dapat juga ditambah dengan pewarna merah jambu. 
Untuk mendapatkan patilo yang berbumbu, yaitu mempunyai rasa pedas, gurih/asin, ataupun manis, maka dibawah ini disampaikan perbandingan bahan-bahan tambahan yang diperlukan. Apabila masih dirasa  kurang pedas, asin, atau manis dapat ditambah sendiri sesuai dengan rasa yang dikehendaki. 
Untuk setiap 5 kg ubi kayu parut , diperlukan bumbu-bumbu sebagai berikut :
A.    Rasa asin
Bumbu-bumbu yang harus ditambahkan adalah sebagai berikut.
a.       Bawang     putih               14,0 siung
b.      Ketumbar                          2,0 sm
c.       Garam                               2,5 sm
B.     Rasa manis
Bumbu-bumbu yang harus ditambahkan adalah sebagai berikut.
a.       Gula Pasir                0,5 kg
b.      Garam                      2,5 sm
C.    Rasa pedas
Bumbu-bumbu yang harus ditambahkan adalah sebagai berikut.
a.       Cabai merah                      100 g
b.      Bawang putih                    14,0 siung
c.       Ketumbar                          2,0 sm
            d.      Garam                                2,5 sm

  • Pemberasan atau penggelintiran merupakan suatu tahapan proses yang dilakukan dengan tujuan membentuk adonan patilo tersebut menjadi butir-butir yang menyerupai beras. Pemberasan dilakukan dengan cara sebagai berikut. Ambil segenggam adonan dan bentuk bulatan, kemudian taruh di atas alat pemberasan, yang terbuat  dari potongan seng dengan permukaan yang telah dilubangi menggunakan paku. Selanjutnya, gesekan adonan tersebut sambil sedikit ditekan sampai adonan dalam genggaman habis, dan berubah, dan berubah menjadi butiran-butiran menyerupai beras yang akan jatuh di bawah alat pemberasan. Adonan yang berbentuk menyerupai beras tersebut ditampung terlebih dahulu dengan baskom yang telah ditempatkan di bawah alat pemberasan. Pemberasan dilakukan hingga adonan habis. 
  • Pencetakan bertujuan untuk membuat patilo berbentuk bundar, hingga menyerupai rengginan yang terbuat dari beras ketan. Sebagai alat pencetak patilo, dapat digunakan bambu utuh yang dipotong-potong  setebal + 1/3 tebal cetakan, atau ke dalam loyang hingga ketebalan +  30 mm, dan kemudian dimasukkan ke dalam dandang, lalu dikukus.  Apabila pencetakan dilakukan dengan menggunakan tatakan gelas, maka setelah pencetakan dilakukan, tatakan gelas yang telah berisi adonan tersebut diatur di dalam dandang dan dikukus. Agar lebih efisien tempat, maka tatakan dapat diatur dengan cara ditumpuk berselang-seling, Namun, apabila digunakan cetakan yang berupa gelang-gelang bambu tersebut harus diletakkan terlebih dahulu diatas suatu alas, yang dapat dibuat dari seng atau anyaman bambu yang dipotong sesuai dengan bentuk dan ukuran dandang yang akan digunakan, atau loyang-loyang yang berbentuk dan berukuran sesuai dengan dandang pula. Selanjutnya, ke dalam gelang-gelang bambu tersebut ditaburkan adonan patilo berbentuk beras sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan. Setelah pencetakan, gelang-gelang atau tatakan yang telah diisi dengan adonan tersebut segera dimasukkan ke dalam dandang bersama dengan alasnya, dan dikukus. 
  • Pengukusan cukup dilakukan selama + 5 menit sampai butiran adonan berbentuk beras berubah menjadi keruh dan lengket. Lembaran patilo yang masih panas dan basah diangkat dari cetakan, dan diatur di atas para-para atau tampah (kelabang) yang tebuat dari bambu, yang telah dialasi dengan pelastik, Kemudian dijemur di bawah sinar matahari. 
  • Pengeringan, Patilo basah yang sudah dikukus dan dilepas dari cetakan. Harus segera dikeringkan dengan cara diletakkan di atas para-para yang dialasi dengan plastik, tikar, atau anyaman bambu, dan dijemur dibawah sinar matahari. Proses pengeringan pada perinsipnyaialah untuk penguapan air semaksimal mungkin dari makanan, sehingga bahan makanan tersebut dapat dapat awet atau tahan lama, mudah dalam pengemasan dan pengangkutannya. Dalam proses pengeringan, faktor yang sangat perlu diperhatikan adalah tingkat kebersihan, cara pengeringan harus diusahakan sedemikian rupa agar terhindar dari pencemaran yang dapat ditimbulkan baik oleh serangga, debu, ataupun kotoran lainnya. Untuk mempercepat proses pengeringan dan mendapatkan hasil pengeringaan yang merata, patilo basah harus di balik-balik secara teratur. Penjemuran sebaiknya dilakukan sejak matahari terbit. Pengeringan dengan penjemuran merupakan cara yang paling murah dan telah banyak dilakukan sejak dahulu oleh nenek moyang kita. Akan tetapi, kendala yang dihadapi dalam pengeringan cara ini adalah keadaan cuaca. Apabila proses pengeringan atau penjemuran dilakukan pada musim hujan, maka pengeringan akan menjadi lambat. Proses pengeringan yang lambat ini akan menyebabkan bahan makanan yang hendak dikeringkan menjadi rusak, bau, berjamur, ataupun busuk sebelum mencapai tingkat kekeringan yang dikehendaki. Disamping dengancara penjemuran diatas, proses pengeringan dapat pula dilakukan dengan menggunakan oven atau alat pengering tenaga matahari yang dapat dibuat dengan cara sederhana. 
  • Pengemasan, Setelah proses pengeringan selesai, kita mendapatkan patilo mentah kering yang siap untuk dipasarkan baik dalam kondisi mentah ataupun dengan digoreng terlebih dahulu. Baik patilo mentah maupun yang sudah digoreng, perlu dilakukan pengemasan untuk mempertahankan mutu selama penyimpanan serta mempermudah dalam pengangkutan.Pengemasan dapan menggunakan kantong plastik. 
  • Penggorengan, Selain dijual dalam bentuk mentah kering, kita juga dapat menjual patilo dalam bentuk patilo goreng yang telah siap dinikmati. Untuk mmendapatkan patilo goreng yang enak, maka patilo harus digoreng dengan minyak goreng yang banyak serta dalam kondisi yang panas. Penggorengan jangan terlalu lama, sehingga dapat dihasilkan patilo dengan warna putih bersih, mekar, dan matang secara merata.

 









2. Sarang semut

BAHAN
-          8 btr telur
-          200 gr bater (Mrgarine)
-          500 gr gula pasir
-          ½ susu kental
-          1 sdm soda kue
-          ½ kg terigu
-          ½ liter air

CARA PEMBUATAN :
- Gula ½ di caramel dengan 3 gelas air, kocok ¼ gula, telur sampai tercampur lalu masukkan tepung, margarine, susu dan soda kue / bikarbonat lalu tuangkan caramel.
- Olesi Loyang dengan margarine dan ditaburi tepung
-Tuang adonan ke Loyang dan panggang ½ jam.

  

3. Prol kristal


BAHAN
     ·         2 bungkus roti tawar    
     ·         ¼ bubuk coklat
     ·         ½ kg mentega
     ·         6 ons gula
     ·         5 butir telur
     ·         7 gelas santan suam-suam kuku
     ·         ½ kg tepung terigu

CARA PEMBUATAN :
     - Gula dan telur dikocok sampai halus
     - Roti dan santan diaduk sampai rata
     -Coklat dicampur lalu masukkan di cetakan kue serabi
     -Dibakar sampai matang

UNTUK ISI
     -          3 sdm tepung terigu
     -          2 sdm tepung maezena
     -          4 gelas santan
     -          Gula secukupnya

CARA PEMBUATAN :
    - Campurkan semua bahan dan dimasak sampai matang.

  

4. Putri dalam kaca


BAHAN
     -          ½ Kg tepung terigu
     -          ¼ mentega
     -          1 pak maezena 1500
     -          2 telur ½ sdt soda kue
     -          2 cangkir dua halus
     -          panci

CARA PEMBUATAN :
    - Mentega, gula halus, telur dikocok sampai rata
    - Tepung terigu, maezena, soda kue, vanilli dicampur sampai rata lalu diaduk.

ISI
-          Sama dengan prol kristal

  

5. Kue Lapis tigarasa


BAHAN-BAHAN
-          10 butir telur ayam
-          275 gr gula pasir
-          30 gr sp
-          200 ml santan kara
-          150 gr tepung terigu
-          50 gr kara santan bubuk
-          Pasta mocca
-          Pasta coklat

CARA PEMBUATAN :
    - Kocok telur, gula dan sp sampai kental, masukkan terigu dan santan kara bubuk lalu tambahkan santan kara
     - Bagi adonan menjadi 3 bagian dan tambahkan masing-masing flavor/rasa
     -         Siapkan Loyang ukuran 22 x 22 x 7 cm
   -          Alasi dengan kertas roti dan olesi margarine secukupnya.

 

diharapkan setelah mengikuti pelatihan tata boga ini peserta dapat membangun suatu bidang usaha baik secara perorangan maupun berkelompok.