Minggu, 23 Juni 2013

Pembagian raport PAUD LESTARI tanggal 15 Juni 2013

Penerimaan rapot dilakukan di lokasi PAUD LESTARI di rangkaikan dengan Wisuda teman-temannya yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar, acara tersebut di hadiri oleh Penilik PAUDNI Kec. Gunungsari, Kepala Seksi Sosial Kec. Gunungsari, Toga, Tomas setempat dan Wali murid.
Pembagian raport pada akhir semester II program bermain dan belajar PAUD LESTAR pada Juni 2013. Sekitar 34 orang anak didik PAUD LESTARI menerima raport di akhir tahun ini.
Bagi orang tua anak didik raport menjadi bahan evaluasi dan informasi perkembangan tentang anak-anaknya yang bermain dan belajar di PAUD LESTARI. Wali murid dapat mengetahui perihal perkembangan dan kekurangan anaknya. Sudah barang tentu, buku raport hanya sebagai salah satu cara menginformasikan perkembangan anak didik, selain itu orang tua secara langsung bisa berbagi persoalan dengan Tutor/Pendidik.

ALUMNI ANGKATAN KE-II

No. INDUK Nama Tempat Lahir Tanggal Lahir Jenis Kelamin
003 DWI ASRIANI PUTRI Kekait Daye 27 Oktober 2007 Perempuan
008 DINI KURNIA Kekait Daye 24 Mei 2007 Perempuan
034 RISKA AOLIA SAPUTRI Kekait   22 Mei 2007 Perempuan
012 MIADATIL HANAWI Kekait Daye 27 Agustus 2007 Perempuan
027 AHSANUL JUNAIDI Kekait 08 Juni 2007 Laki-laki
001 ARSILA RAHMANI Kekait Daye 04 Juli 2007 Perempuan
015 PATHURROZI MAWARDIANSYAH Kekait 30 April 2007 Laki-laki
007 ZAROBIQATANIA Kekait Daye 03 Februari 2007 Perempuan
028 SOPIAN AZRI Kekait Daye 27 September 2007 Laki-laki
031 ZARUL MAZLAN Kekait Daye 10 Mei 2007 Laki-laki

ALUMNI ANGKATAN I

No. INDUK Nama Tempat Lahir Tanggal Lahir Jenis Kelamin
009 LAELI GUSTIANTI L. Kekait Daye 23 April 2006 Perempuan
006 RO'YUL MIZZIANA Kekait Daye 09 Juni 2006 Perempuan
Yuliati Kekait Daye Perempuan

Kamis, 20 Juni 2013

NAMA PESERTA DIDIK PAUD LESTARI TA 2012/2013

NO
NAMA
WALI MURID
1
AHSANUL JUNAIDI
HAMDI
2
ARSILA RAHMANI
SADRI
3
DAPIN AMMAR ANNAJHA
RU'YAH
4
DINI KURNIA ILAHI
HAFIZIN
5
DINI RAHMANI POAUZIA
SUHAILI
6
DWI ASRIANI PUTRI
MARWAN
7
FAHRURROZI
GUPRAN
8
HAERATUN JANIAH

9
HUMAIRO' SABILA
MUSTAKIM
10
HUSNAINI

11
IQBAL
H. AKMALUDIN
12
KAILA SABILA

13
KHULAIFI
PATLAAH
14
LILIQ DIANTI
BADRUN
15
LINDA SILFINA PUTRI
ANGKASA
16
TEGUH RATAMA

17
M. ILYASA
ANGKASA
18
M. IRWAN HADI
JAMALUDIN
19
M. IWAN HADI SAPUTRA
MUSLEH
20
M. JAUZAN
H. BUSSAIRI
21
M. RIDHO ALROTZI
TAUFIK
22
M. RIDHO FATHUL JALIL
MARZUKI
23
M. SALIM RAHMATULLOH

24
M. AM. ASYA'RANI
YUSSRON
25
MELISA TIANI
HIKMAH
26
NIADATUL HANAWI
SRIWATI
27
NIANIS LINAWATI
ERIK STRADA
28
NIZA NURLAILI

29
FATIATUL IZATUL AULIA

30
PATROZI MAWARDI
MUNAWAR
31
RIZKA AULIA
MUNAWAR
32
RIZKIKA ADILA
ABDUL HADI
33
SALSA SABILA NURAINI
HAERANI
34
SAMIL KHUMAIRI
SAMSUDDIN
35
SITI KHUMAIRO'
MUNAHAR
36
SOFIAN AZRI
YA'KUB
37
SURIANSYAH

38
SERLINA DEWI
NASIR
39
FIKI MARDIANTI
BAI'AH
40
ZAROLIKA TANIA
ABDUL HADI
41
ZARUL MAZLAN
LEHLAH
42
ZULFA NURAZLINA
YUYUN
43
RIDHO FEBRIAN
NASRUDDIN
44
ABDUL HISAM

45
NURUL ATIKA
MU'MINAH
46
SYAHID ASROR
SITI
47
MUHAMMAD FATIN
H. SAMI'UN

WISATA KE TANJUNG AAN



Pukul 07.40 Bus yang dinantipun sudah datang, pukul 08.30 start perjalanan dari Dususn Kekait Daye, Kec. Gunungsari, Kab. Lombok Barat pada tanggal 16 Juni 2013.
Suka cita anak-anak tergambar dari canda dan tawa sepanjang jalan yang menempuh jarak 61 Km dengan waktu 2 jam.
Menjelang tengah hari, rombongan sampai di Tanjung An, Perjalanan yang cukup jauh terbayar ketika melihat keindahan alam yang masih asli, hamparan pasir pantai yang sangat putih  dengan butiran seperti  merica dan landai dengan area pantai yang cukup dangkal aman bagi anak-anak, namun pengawasan tetap sangat perlu karena walau bagaimanapun keamanan harus no 1. Anak-anak dengan riangnya berlarian menuju pantai langsung nyebur menikmati ombak yang bertautan dengan pasir pantai yang putih.
Untuk melihat pemandangan yang menakjubkan dapat dilihat dari puncak perbukitan yang ada di pantai tsb.


Selepas shalat dzuhur perjalanan dilanjutkan ke pantai kute, pengunjungnya lumayan rame baik dari domestik maupun mancanegara terlihat berbaur menikmati keindahan pantai, bahkan ada beberapa wali murid memanfaatkan momen ini untuk poto bersama dengan wisatawan mancanegara.

Sabtu, 15 Juni 2013

WISUDA ANGKATAN KE-II PAUD LESTARI

Alhamdulillahirobbil Alamin Wisuda Angkatan Ke-II PAUD LESTARI Tahun Pelajaran 2012 / 2013 ada peningkatan dari tahun yang kemarin hanya bisa mewisuda 3 orang peserta didik namun kali ini meningkat menjadi 10 orang.

Acara tersebut dirangkaikan dengan acara peresmian PKBM MAR’IYATUL BAYAN yang di hadiri oleh Kasi Sosial Kecamatan Gunungsari Bapak H. Burhan (mewakili Camat Gunungsari), Penilik Paudni Kec. Gunungsari Bapak H. Mahyuni, SH., M.Si, Ketua BPD Desa Kekait Bapak H. A. Israfil, SH. , Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat beserta Tamu Undangan lainnya.
  1. Pembukaan
  2. Laporan Ketua PKBM MAR’IYATUL BAYAN
  3. Sambutan
  4. Penyematan Wisudawan dan Wisudawati
  5. Puisi dan Lagu Perpisahan
  6. Hiburan
  7. Do’a
  8. Penutup
Dalam sambutan Penilik Paudni Kec. Gunungsari menyampaikan “PAUD LESTARI Harus lebih meningkatkan program dan Sarana serta Prasarana”.

Rabu, 05 Juni 2013

Isra Mi’raj dan Tafsir Fisik

Peringatan Isra' dan Mi'raj di Dusun Kekait Daye diisi dengan pengajian  yang dimotori oleh bagian urusan keagamaan Remaja Masjid "Syi'arul Islam" yang dihadiri oleh warga setempat
           “Maha Suci Allah, yang telah menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah diberkahi sekelilingnya oleh Allah agar Kami perhatikan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS Al Isra:1).
Dengan berpatokan pada ayat ini, kita bisa memperoleh pemahaman yang sangat memadai tentang mukjizat Isra dan Mi’raj tersebut.
jika kita mencoba untuk menguraikan makna kata-kata tersebut, 
maka akan menjadi seperti ini:
Pertama :
Kata Subhanallah, Maha Suci Allah. Hal ini mengisyaratkan bahwa persitiwa ini sangat luar biasa. Saking spesialnya kejadian ini, Allah sendiri memuji diri-Nya dengan ucapan Subhanallah. Inilah salah satu bukti bahwa Allah adalah Maha dari segala Maha. Maha tanpa batasan ruang, waktu, bahkan massa.
Kedua :
Kata asraa, yang telah memperjalankan. Ini berarti bahwa perjalanan Isra Mi’raj bukan atas kehendak Rasulullah, melainkan kehendak Allah. Dengan kata lain, kita juga memperoleh ‘bocoran’ bahwa Rasul tidak akan sanggup melakukan perjalanan itu atas kehendaknya sendiri. Saking dahsyatnya perjalanan ini, jangankan manusia biasa, Rasul sekali pun tidak akan bisa tanpa diperjalankan oleh Allah.
Allah lantas mengutus malaikat Jibril untuk membawa Nabi melanglang  ruang dan waktu didalam alam semesta ciptaan Allah.
Menurut Ilmu Metafisika, Rasul naik ke ruang angkasa melakukan perjalanan Mi’rajnya tentu membutuhkan zat pembawa yang lebih halus dari jiwa atau rohaninya. Oleh karena itu, makhluk hidup yang memiliki dua jasad: jasmani dan rohani, maka diperlukan zat pembawa yang lebih halus dari rohani itu sendiri dan mampu mengangkat jasmani Rasul sekaligus. Dan ternyata makhluk yang sangat halus itu bernama Jibril.
Selain Jibril, perjalanan super istimewa itu disertai juga oleh kendaraan spesial yang didesain Allah dengan sangat spesial bernama Buraq. Ia adalah makhluk berbadan cahaya yang berasal dari alam malakut yang dijadikan tunggangan selama perjalanan tersebut. Buraq berasal dari kata Barqum yang berarti kilat. Maka, ketika menunggang Buraq itu mereka bertiga melesat dengan melebihi kecepatan cahaya sekitar 300.000 kilometer per detik.
Jika seandainya kecepatan Buraq diambil serendah-rendahnya setara dengan perbandingan kecepatan elektris saja: 300.000 kilometer per detik, maka jarak anatara Masjidil Haram di Mekkah dengan Masjidil Aqsha di Palestina yang berjarak 1.500 kilometer, paling tidak memakan waktu 1/200 detik. Padahal, Buraq adalah makhluk hidup yang kecepatannya pun bisa melebihi kecepatan elektris tadi.
Pertanyaannya kemudian, bukankah kecepatan cahaya adalah kecepatan paling tinggi yang telah dihasilkan Fisika Modern? Bukankah kecepatan cahaya telah mendapat legalitas berdasarkan keputusan kongres Internasional tentang Standar Ukuran yang digelar di Paris tahun 1983: bahwa kecepatan cahaya berada dalam vakum sebesar 299.792.458 meter per detik dibulatkan sekira 300.000 kilometer per detik. Dan tentu saja, kecepatan cahaya berlaku sama bagi seluruh gelombang spektrum dan mempersentasikan batas kecepatan dalam alam fisika.
Tentu saja kecepatan setinggi itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang benda. Hanya sesuatu yang sangat ringan saja yang bisa memiliki kecepatan yang bisa melebihi kecepatan cahaya. Bahkan, saking ringannya, maka sesuatu itu harus tidak memiliki massa sama sekali. Yang bisa melakukan kecepatan itu hanya photon saja, yaitu kuantum-kuantum penyusun cahaya. Bahkan, electron sekali pun yang bobotnya hamper nol sekalipun tidak bisa memiliki kecepatan setinggi itu.
Sedangkan manusia sendiri terkonstruksi dari satuan-satuan utama yang sangat kecil dinamakan sel. Jumlahnya sekitar 390 milyar. Sel tubuh ini tidak sama, baik bentuk, besar, maupun fungsinya. Sel-sel ini tidak terpisah satu sama lain, tetapi hidup dalam organisasi yang harmonis (Pasya, 2004:250).
Jika dilihat dari penyusunnya, maka berbagai macam sel itu tersusun dari molekul-molekul. Baik yang sederhana maupun molekul yang kompleks. Mulai dari H2O, sampai pada molekul asam amino atau proteir kompleks lainnya. Dan jika dicermati, maka molekul itu juga tersusun dari bagian-bagian yang lebih kecil disebut atom. Dan atom ini pun tersusun dari partikel-partikel sub atomik seperti: proton, neutron, elektron, dan sebagainya.
Karena manusia memiliki bobot, jangankan untuk dipercepat dengan kecepatan setingkat kecepatan cahaya. Dengan percepatan beberapa kali gravitasi bumi (G) saja, sudah akan mengalami kendala serius, bahkan bisa meninggal dunia.
Jika pilot bermanuver ke langit dengan percepatan dua kali gravitasi bumi (2G), maka badannya akan mengalami tekanan dua kali lipat dari biasanya. Jika bobot pilot dalam kondisi normal 80 kg misalnya, maka pada saat melakukan manuver bobotnya akan menjadi 160 kg. Bahkan jika percepatannya lebih tinggi lagi, rasa ‘nyuut’ di otak akan semakin besar. Seperti orang yang jatuh bebas ke dalam sebuah sumur yang dalam. Bisa-bisa seseorang akan mengalami ‘hilang kesadaran’. Apalagi manuver pilot dengan kecepatan 5G, pilot yang tidak terlatih bisa-bisa mengalami balck out alias semaput atau pingsan di angkasa.
Jika demikian, bukankah Muhammad juga seorang manusia biasa yang memiliki struktur sama dengan pilot dalam ilustrasi tadi ketika ia melakukan perjalanan Isra Mi’raj tersebut? Lalu bagaimana jasmani Muhammad mampu menembus lapisan langit dengan bantuan kecepatan cahaya ? Apakah Muhammad di-Isra-kan dan di-Mi’raj-kan dengan jasmani dan rohaninya sekaligus? Nah.
Salah satu ‘skenario rekonstruksi’ untuk mengatasi problem ini adalah teori Annihilasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki anti materi. Dan jika materi dipertemukan atau direaksikan dengan anti materinya, maka kedua partikel tersebut bakal lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gama.
Sebaliknya, jika ada seberkas sinar Gama yang memiliki energi sebesar itu dilewatkan medan inti atom, maka tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi dua buah pasangan partikel seperti di atas. Hal ini menunjukan bahwa materi memang bisa berubah menjadi cahaya dengan cara tertentu, yang disebut sebagai reaksi Annihilasi.
Nah, proses pengubahan materi menjadi cahaya terjadi sesaat sebelum perjalanan Isra Mi’raj dimulai. Kejadian ini ketika Rasul disucikan oleh Jibril di dekat sumur zam-zam. Bisa dikatakan jika proses ini adalah proses operasi hati Muhammad dengan air zam-zam.
Kenapa operasi hati? Bukan otak atau jantung misalnya? Ya, sebab hati adalah pangkal dari seluruh aktifitas badani. Bahkan Rasul mengatakan bahwa hati adalah pangkal dari segala aktifitas badani. Jika baik hatinya, maka baik pula seluruh aktifitas badannya. Begitu juga sebaliknya jika buruk hatinya, maka buruk juga segala aktifitas badaniahnya.
Bahkan, resonansi dari hati yang baik itulah kelembutan akan muncul. Bagaikan buluh perindu yang akan menghasilkan suara merdu ketika ditiup. Kenapa? Karena hati yang lembut bagaikan sebuah tabung resonansi yang bagus. Getarannya menghasilkan frekuensi yang semakin lama semakin tinggi. Semakin lembut hati seseorang, semakin tinggi frekuensinya. Pada frekuensi 10 pangkat 8, maka akan menghasilkan gelombang radio. Dan jika frekuensinya lebih tinggi misal 10 pangkat 14, maka akan menghasilkan gelombang cahaya (Mustofa, 2008:153).
Itulah agaknya yang terjadi pada diri Rasulullah saat ‘dioperasi’ oleh malaikat Jibril di dekat sumur zam-zam. Jibril melakukan manipulasi terhadap sistem energi menjadi badan cahaya. Dengan kesiapan ini, Muhammad siap untukdibawa melalui kawalan Jibril dengan mengendarai Buraq menembus batas langit hingga akhirnya berjumpa dengan Sang Pemilik Cahaya Abadi.
Ketiga :
Terdapat dalam kata ‘abdihi, Hamba-Nya. Hal ini berarti bahwa tidak semua orang secara sembarangan mampu melakukan perjalanan Isra Mi’raj. Perjalanan fantastis yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang sudah mencapai tingkatan ‘abdihi, hamba-Nya. Atau dalam istilah Quraish Shihab sebagai insan kamil.
Keempat :
Dalam kata laila, malam hari. Perjalanan spesial ini dilakukan pada malam hari dan bukan siang hari. Kenapa? Inilah dia bukti kebesaran Tuhan Sang Maha Gagah itu. Ia mengendalikan perjalanana Isra Mi’raj dengan apik dan sangat canggih. Apalagi alasan logis mengenai hal itu, bahwa pada siang hari radiasi sinar matahari demikian kuatnya, sehingga bisa membahayakan badan Nabi Muhammad yang sebenarnya memang bukan badan cahaya. Badan nabi yang sesungguhnya tentu saja adalah materi. Perubahan menjadi badan cahaya itu bersifat sementara saja, sesuai kebutuhan untuk melakukan perjalanan bersama Jibril. Dengan melakukannya pada malam hari, maka Allah telah menghindarkan Nabi dari interferensi gelombang yang bakal membahayakan badannya. Suasana malam memberikan kondisi yang baik buat perjalanan itu.
Sebagai gambaran sederhana, ketika di malam hari kita menyalakan radio, maka gelombang yang kita tangkap akan jernih dan lebih mudah dari siang hari. Sebab gelombang radio tersebut tidak mengalami gangguan terlalu besar yang saling bersinggungan dengan gelombang lainnya. Begitulah gambaran sederhananya, sebab waktu malam hari adalah waktu yang paling kondusif untuk perjalanan super spesial demi kelancaran perjalanan ini.
Kelima :
Terdapat dalam kata minal Masjidil haram ilal masjidil Aqsha, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Perjalanan ini dimulai dari mesjid ke mesjid, sebab mesjid adalah bangunan yang memiliki energi positif. Disanalah orang-orang berusaha untuk menyucikan diri, mendekat, bahkan merapat kepada Tuhannya. Masing-masing mesjid tersebut ibarat tabung energi positif bagi perjalanan Nabi.
Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha dijadikan sebagai terminal pemberangkatan dan kedatangan. Hal ini mirip dengan tabung transmitter dan recieveri, yang dipergunakan dalam proses perubahan badan Nabi Muhammad dari materi menjadi cahaya jauh lebih mudah. Apalagi proses itu melalui ‘operasi’ lewat pelantara Jibril yang memang makhluk cahaya. Maka semuanya berjalan dengan lancar sesuai kehendak Allah. Dia-lah yang berkehendak, sedang Jibril yang melaksanakannya.
Keenam :
Dalam kata baaraknaa haulahu, Kami berkahi sekelilingnya. Perjalanan ini adalah perjalanan yang tak lazim. Oleh karena itu Allah mempersiapkan semua fasilitas dengan keberkahan untuk menjaga kelancaran perjalanan sekali dalam sepanjang sejarah manusia.
Nah, disinilah pentingnya Allah menjaga lingkungan sekitar perjalanan Isra Mi’raj agar tidak terjadi hal-hal yang merusak. Sebab, jika badan Rasul tiba-tiba berubah menjadi ‘badan materi’ lagi saat melakukan perjalanan berkecepatan tinggi itu, maka badannya bisa terurai menjadi partikel-partikel kecil sub atomik, tidak beraturan lagi. Untuk itulah, keberkahan itu selalu ada; di setiap tempat di setiap keadaan, bahkan tak mengenal tempat, waktu, dan keadaan sekalipun.
Ketujuh :
Dalam kata linuriyahu min ayaayaatina, tanda-tanda kebesaran Allah. Ya, tepat sekali Isra Mi’raj adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang Maha Hebat. Dalam perjalanan itu Rasul menyaksikan pemandangan yang tidak pernah beliau saksikan sebelumnya. Terutama ketika melintasi dimensi-dimensi langit yang lebih tinggi pada saat Mi’raj ke langit ke tujuh. Tanda kebesaran dan keagungan Allah ini terhampar di jagat raya. Dan dengan tanda-tanda itu, seseorang mukmin bisa melakukan ‘dzikir sekaligus pikir’ sehingga menghasilkan kedekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla.
Delapan :

Adalah innahu huwas samii’ul bashir, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Ini adalah proses penegasan informasi kalimat sebelumnya. Dengan adanya kalimat ini, seakan-akan Alalh ingin memberikan jaminan kepada kita bahwa apa yang telah Dia ceritakan dalam ayat ini adalah benar adanya. Kenapa? Karena berita ini datang dari Allah, Tuhan yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Maka tak perlu ada keraguan tentang kisah fenomenal ini.


Sumber :
ustaz Islahudin Kekait
dan