Minggu, 30 Desember 2012

TAHUN BARU MASEHI



Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.[1] Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. 

Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.


nama-nama bulan pada kalender tradisional Romawi :

1.      Martius,
2.      Aprilis,
3.      Maius,
4.      Junius,
5.      Quintilis,
6.      Sextilis,
7.      September,
8.      October,
9.      November, dan
10. December.


nama-nama bulan pada kalender Julian :

  1. Januarius (January)
  2. Februarius (February)
  3. Martius (March)
  4. Aprilis (April)
  5. Maius (May)
  6. Junius (June)
  7. Quintilis, diganti menjadi: Julius (July)
  8. Sextilis, diganti menjadi: Augustus (August)
  9. September (September)
  10. October (October)
  11. November (November)
  12. December (December)
 

Baca juga :    sejarah-tahun-baru-hijriyah

Jumat, 21 Desember 2012

SELAMAT HARI IBU

"Siwaq bulan sepulu jelo leq dalem tian Inaq" , bunyi lirik lagu sasak yang sering saya dengar di salah satu radio swasta di kota ini. Begitu istimewanya peran Ibu sehingga diperingatilah tiap tahun.
Hari Ibu, tidak ada Hari Bapak.
Bila ada Ibu Pertiwi maka tidak ada Bapak Pertiwa.
Bila ada Ibu Kota tapi tidak ada Bapak Kota
Bila ada Ibu jari tapi tidak ada Bapak jari

baca juga : PERINGATAN HARI IBU DI KAB. LOMBOK BARAT

Selasa, 18 Desember 2012

PEMBAGIAN RAPORT PAUD LESTARI KEKAIT DAYE

Setelah proses belajar berjalan selama 6 bulan, pada hari Rabu tanggal 19 Desember Paud Lestari membagikan Raport (Hasil evaluasi persemester) semester ganjil kepada 47 ( empat puluh tujuh) Peserta didik. Paud Lestari mengundang seluruh orang tua siswa/wali murid namun Sekitar 95 % orang tua/wali murid hadir. Dalam kesempatan ini Kepala Sekolah Paud Lestari Mare’ah, S.HI. menyampaikan beberapa hal diantaranya : tentang baju seragam, alat-alat permainan dan langganan majalah anak. Wali murid sangat antusias menyambut hal-hal yang disampaikan tadi.
Acara serah terima raport ini berlangsung sangat sederhana di ruang belajar yang merupakan langsung menjadi aula pertemuan, dimana ruang kelas dibagi menjadi dua bagian (disekat) pada saat jam belajar berlangsung, dan pada saat pertemuan sekat tersebut bisa dibuka.

Minggu, 16 Desember 2012

REWARD UNTUK PRESTASI



Sebentar lagi anak-anak kita akan menerima raport dari sekolahnya masing-masing :

1.       Prestasi
2.       Nilai hancur

Untuk prestasi sibuah hati orangtua berhak membahagiakan anaknya dengan cara apapun, termasuk dengan memberi reward.
1.       Materi dengan segala bentuknya
2.       Kasih sayang tulus yang ditunjukkan lewat seulas senyum, kata-kata pujian, ciuman dan pelukan hangat.

Keduanya sama-sama baik asal diberikan dalam porsi yang sewajarnya. Tak perlu memberikan bentuk materi yang kelewat mewah sebagai apresiasi terhadap hasil belajar anak yang bagus, atau memberikan pujian bertubi-tubi dan membanggakan prestasi anak kemana-mana hanya demi menunjukkan (ekspresi) kalau kita sebagai orangtua begitu bangga atas prestasi atau perilaku positif yang ditunjukkan sibuah hati. Bukankah fungsi reward sejatinya adalah sebagai penguat perilaku positif (positive reinforcement)? Karena diberikannya hadiah atau pujian itu senantiasa diiringi harapan agar anak dapat mempertahankan prestasi atau perilaku baiknya. Syukur-syukur meningkatkannya.
Memberikan hadiah untuk si kecil, sangatlah menyenangkan melihat ia gembira dengan hadiah yang Kita berikan adalah suatu yang berharga. Namun Kalau reward yang diberikan itu melebihi ukuran yang sewajarnya atau kurang proporsional, maka anak tanpa sadar akan kurang menghargai hal-hal sederhana, reward-reward sederhana, karena telah mendapatkan sesuatu yang jauh melampaui keinginannya.

Hadiah itu tidak perlu yang mahal, asal dikemas dan dirancang dengan hati-hati. Juga gunakan aktivitas sebagai salah satu bentuk hadiah bagi anak. Dalam hal ini misalnya berekreasi bersama ke pantai atau gunung atau jalan-jalan, dan sebagainya. Pada intinya adalah bukan pada bentuk reward berupa materi itu sendiri. Boleh Kita memberikan hadiah materi apa saja, asal masih dalam tahap wajar, tepat momen dan sesuai kebutuhan anak, namun jangan lupa untuk menghargai anak secara emosional. Bagaimanapun, memberi reward berupa ekspresi-ekspresi emosi yang positif akan lebih baik dan sejati daripada bentuk materi apapun. Dari ekspresi emosi positif itulah terjalin keakraban dan kehangatan hubungan yang sejati antara orangtua dengan anak. Kita hanya perlu tersenyum, memujinya sewajarnya dan memeluknya hangat sambil berkata, “Terima kasih, sayang, kamu sudah membuat Mama bangga sekali atas prestasimu” dan sebagainya.

Pujian pun diberikan secara proporsional saja. Tak perlu sering-sering memuji dan memamerkan kelebihannya di hadapan orang lain. Bisa-bisa anak jadi terbuai lalu merasa sudah puas dengan pencapaian yang diraih. Apalagi jika sampai merasa sombong. Orangtua perlu mengajarkan anak bahwa pujian berfungsi sebagai pelecut prestasi dan sebagai bentuk penghargaan atas prestasinya tersebut. Ini agar anak tidak mudah lengah oleh pujian-pujian yang diterimanya dari siapapun.
Selain itu, perlu ditekankan bahwa sesungguhnya melakukan sesuatu yang positif tanpa berharap adanya hadiah materi atau pujian, niscaya akan lebih sejati dan dapat membentuk karakter anak yang mau melakukan segala sesuatu (yang positif) tanpa pamrih. Jadi, apapun bentuk reward-nya, cukup berikan secara proporsional, tepat momen, sesuai kebutuhan anak dan tulus dari hati.