Sebentar lagi anak-anak kita akan menerima raport dari sekolahnya
masing-masing :
1.
2.
Nilai hancur
Untuk prestasi sibuah hati orangtua berhak membahagiakan anaknya
dengan cara apapun, termasuk dengan memberi reward.
1.
Materi dengan segala bentuknya
2.
Kasih sayang tulus yang ditunjukkan lewat seulas senyum, kata-kata
pujian, ciuman dan pelukan hangat.
Keduanya sama-sama baik asal diberikan dalam porsi yang
sewajarnya. Tak perlu memberikan bentuk materi yang kelewat mewah sebagai
apresiasi terhadap hasil belajar anak yang bagus, atau memberikan pujian
bertubi-tubi dan membanggakan prestasi anak kemana-mana hanya demi menunjukkan (ekspresi) kalau kita sebagai orangtua
begitu bangga atas prestasi atau perilaku positif yang ditunjukkan sibuah hati.
Bukankah fungsi reward
sejatinya adalah sebagai penguat perilaku positif (positive reinforcement)?
Karena diberikannya hadiah atau pujian itu senantiasa diiringi harapan agar
anak dapat mempertahankan prestasi atau perilaku baiknya. Syukur-syukur
meningkatkannya.
Memberikan hadiah untuk si kecil, sangatlah menyenangkan melihat
ia gembira dengan hadiah yang Kita berikan
adalah suatu yang berharga. Namun Kalau reward yang diberikan itu melebihi ukuran yang
sewajarnya atau kurang proporsional, maka anak
tanpa sadar akan kurang menghargai hal-hal sederhana, reward-reward
sederhana, karena telah mendapatkan sesuatu yang jauh melampaui keinginannya.
Hadiah itu tidak perlu yang mahal, asal dikemas dan dirancang dengan
hati-hati. Juga gunakan aktivitas sebagai salah satu bentuk hadiah bagi anak.
Dalam hal ini misalnya berekreasi bersama ke pantai atau gunung atau
jalan-jalan, dan sebagainya. Pada intinya adalah bukan pada bentuk reward berupa
materi itu sendiri. Boleh Kita memberikan
hadiah materi apa saja, asal masih dalam tahap wajar, tepat momen dan sesuai
kebutuhan anak, namun jangan lupa untuk menghargai anak secara emosional.
Bagaimanapun, memberi reward berupa ekspresi-ekspresi emosi yang positif
akan lebih baik dan sejati daripada bentuk materi apapun. Dari ekspresi emosi
positif itulah terjalin keakraban dan kehangatan hubungan yang sejati antara
orangtua dengan anak. Kita hanya perlu
tersenyum, memujinya sewajarnya dan memeluknya hangat sambil berkata, “Terima
kasih, sayang, kamu sudah membuat Mama bangga sekali atas prestasimu”
dan sebagainya.
Pujian pun diberikan secara proporsional saja. Tak perlu
sering-sering memuji dan memamerkan kelebihannya di hadapan orang lain.
Bisa-bisa anak jadi terbuai lalu merasa sudah puas dengan pencapaian yang
diraih. Apalagi jika sampai merasa sombong. Orangtua perlu mengajarkan anak
bahwa pujian berfungsi sebagai pelecut prestasi dan sebagai bentuk penghargaan
atas prestasinya tersebut. Ini agar anak tidak mudah lengah oleh pujian-pujian
yang diterimanya dari siapapun.
Selain itu, perlu ditekankan bahwa sesungguhnya melakukan sesuatu
yang positif tanpa berharap adanya hadiah materi atau pujian, niscaya akan
lebih sejati dan dapat membentuk karakter anak yang mau melakukan segala
sesuatu (yang positif) tanpa pamrih. Jadi, apapun bentuk reward-nya,
cukup berikan secara proporsional, tepat momen, sesuai kebutuhan anak dan tulus
dari hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar