Minggu, 16 Desember 2012

REWARD UNTUK PRESTASI



Sebentar lagi anak-anak kita akan menerima raport dari sekolahnya masing-masing :

1.       Prestasi
2.       Nilai hancur

Untuk prestasi sibuah hati orangtua berhak membahagiakan anaknya dengan cara apapun, termasuk dengan memberi reward.
1.       Materi dengan segala bentuknya
2.       Kasih sayang tulus yang ditunjukkan lewat seulas senyum, kata-kata pujian, ciuman dan pelukan hangat.

Keduanya sama-sama baik asal diberikan dalam porsi yang sewajarnya. Tak perlu memberikan bentuk materi yang kelewat mewah sebagai apresiasi terhadap hasil belajar anak yang bagus, atau memberikan pujian bertubi-tubi dan membanggakan prestasi anak kemana-mana hanya demi menunjukkan (ekspresi) kalau kita sebagai orangtua begitu bangga atas prestasi atau perilaku positif yang ditunjukkan sibuah hati. Bukankah fungsi reward sejatinya adalah sebagai penguat perilaku positif (positive reinforcement)? Karena diberikannya hadiah atau pujian itu senantiasa diiringi harapan agar anak dapat mempertahankan prestasi atau perilaku baiknya. Syukur-syukur meningkatkannya.
Memberikan hadiah untuk si kecil, sangatlah menyenangkan melihat ia gembira dengan hadiah yang Kita berikan adalah suatu yang berharga. Namun Kalau reward yang diberikan itu melebihi ukuran yang sewajarnya atau kurang proporsional, maka anak tanpa sadar akan kurang menghargai hal-hal sederhana, reward-reward sederhana, karena telah mendapatkan sesuatu yang jauh melampaui keinginannya.

Hadiah itu tidak perlu yang mahal, asal dikemas dan dirancang dengan hati-hati. Juga gunakan aktivitas sebagai salah satu bentuk hadiah bagi anak. Dalam hal ini misalnya berekreasi bersama ke pantai atau gunung atau jalan-jalan, dan sebagainya. Pada intinya adalah bukan pada bentuk reward berupa materi itu sendiri. Boleh Kita memberikan hadiah materi apa saja, asal masih dalam tahap wajar, tepat momen dan sesuai kebutuhan anak, namun jangan lupa untuk menghargai anak secara emosional. Bagaimanapun, memberi reward berupa ekspresi-ekspresi emosi yang positif akan lebih baik dan sejati daripada bentuk materi apapun. Dari ekspresi emosi positif itulah terjalin keakraban dan kehangatan hubungan yang sejati antara orangtua dengan anak. Kita hanya perlu tersenyum, memujinya sewajarnya dan memeluknya hangat sambil berkata, “Terima kasih, sayang, kamu sudah membuat Mama bangga sekali atas prestasimu” dan sebagainya.

Pujian pun diberikan secara proporsional saja. Tak perlu sering-sering memuji dan memamerkan kelebihannya di hadapan orang lain. Bisa-bisa anak jadi terbuai lalu merasa sudah puas dengan pencapaian yang diraih. Apalagi jika sampai merasa sombong. Orangtua perlu mengajarkan anak bahwa pujian berfungsi sebagai pelecut prestasi dan sebagai bentuk penghargaan atas prestasinya tersebut. Ini agar anak tidak mudah lengah oleh pujian-pujian yang diterimanya dari siapapun.
Selain itu, perlu ditekankan bahwa sesungguhnya melakukan sesuatu yang positif tanpa berharap adanya hadiah materi atau pujian, niscaya akan lebih sejati dan dapat membentuk karakter anak yang mau melakukan segala sesuatu (yang positif) tanpa pamrih. Jadi, apapun bentuk reward-nya, cukup berikan secara proporsional, tepat momen, sesuai kebutuhan anak dan tulus dari hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar