Senin, 06 Mei 2013

Legenda Putri Mandalika



Pada    zaman dahulu kala di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Sekeliling di kerajaan ini dibuat ruangan ruangan yang besar. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan para raja  raja. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya ,Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting. Baginda mempunyai seorang putri, namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Matanya laksana bagaikan bintang di timur. Pipinya laksana rauh dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di samping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya. ….
Rakyat sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya dalam kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup makmur, aman dan sentosa.
Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran – pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok). Masing – masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cinta. Mereka mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri ,saling mengadu peruntungan untuk mempersunting Putri Mandalika. Dengan sepenuh perasaan halus dan lembut , Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi kecewa. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dari Johor dan Pangeran Maliawang dari kerajaan Lipur.
Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming. Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger Utusaning Allah, sedang Maliawang meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan   kedua senggeger ini tak kepalang tanggung dimata Putri Mandalika , wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan.
Sang Putri Gelisah karena lamaran dan ancaman kedua pangeran , tak bisa makan, tak   bisa tidur, sang putri akhirnya kekurusan. Seisi negeri Tonjang   Beru disaput duka. sang  putri menolak lamaran ? Karena, selain rasa cintanya mesti bicara,   ia juga merasa memikul tanggung jawab yang tidak kecil. Akan timbul   bencana manakala sang putri menjatuhkan pilihannya pada salah   seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar   mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 ( bulan Sasak ) menjelang pagi – pagi buta sebelum adzan subuh   berkumandang.  Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing - masing. Semua para undangan diminta datang dan berkumpul di pantai  Kuta. Tanpa diduga – duga enam orang para pangeran datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi    ini bagaikan dikerumuni semut. Ada yang datang dua hari sebelum hari yang ditentukan oleh sang putri. Anak – anak sampai kakek – kakek pun datang memenuhi undangan sang putri ditempat itu.   Rupanya mereka ingin menyaksikan bagaimana sang putri akan   menentukan pilihannya. Pengunjung berduyun – duyun datang dari   seluruh penjuru pulau Lombok. Merekapun berkumpul dengan hati sabar   menanti kehadiran sang putri.
Seperti   janjinya. Sang putri muncul sebelum adzan berkumandang. Persis   ketika langit memerah di ufuk timur, sang putri yang cantik dan   anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan   emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang   sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang   menunggu berhari – hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan   sang putri. Sang putri datang dengan gaun yang sangat indah.   Bahannya dari kain sutera yang sangat halus.Tidak lama kemudian, sang   putri melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut   lepas. Disitu Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada   seluruh undangannya. Sang putri berbicara singkat, tetapi isinya   padat, mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan berseru ”Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri   Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa   diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara   pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat   munculnya Nyale di permukaan laut.
Bersamaan dan berakhirnya kata – kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya – tanya memikirkan kata – kata itu. Tanpa diduga – duga sang putri mencampakkan sesuatu di atas batu dan  menceburkan diri ke dalam laut yang langsung di telan gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar
Tidak ada tanda – tanda sang putri ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri. Lalu beramai – ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak – banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau  keperluan lainnya.

Sumber :http://www.lombokgilis.com

2 komentar: