Pulau Lombok luasnya sepertiga dari luas Pulau Sumbawa. Namun, penduduk Nusa
Tenggara Barat yang berjumlah lebih dari tiga juta, dua pertiganya tinggal di
Pulau Lombok. Hal ini terjadi karena Pulau Lombok lebih subur dari Pulau
Sumbawa. Penduduk Pulau Lombok adalah orang Sasak. Mereka sebagian besar
memeluk agama Islam.
Lombok dan Sasak adalah dua nama yang tidak bisa dipisahkan. Nama Lombok
untuk sebutan pulaunya, nama Sasak untuk sebutan suku bangsanya. Lombok berasal
dari bahasa Sasak; “lomboq” artinya “lurus”. Sasak sebenarnya berasal dari
“sak-sak” yang artinya “perahu bercadik”.
Namun, banyak orang yang salah mengerti. Lombok diartikan “cabe” sehingga
ada yang mengartikan pulau Lombok sebagai “pulau pedas”. Padahal cabe dalam
bahasa Sasak adalah “sebia” (dibaca “sebie”)
Cerita di bawah ini akan menjelaskan asal usul mengapa disebut Lombok dan
Sasak. Nama Lombok dalam berbagai cerita lisan maupun tertulis dalam
takepan lontar adalah salah satu nama dari Pulau Lombok. Nama lain yangsering
disebut adalah pulau “Meneng” yang berarti “sepi”. Ada yang menyebut “Gumi
Sasak”, ada yang menyebut “Gumi (bumi) Selaparang”, sesuai dengan nama salah
satu kerajaan yang terkenal di Lombok pada zaman dulu, yaitu kerajaan
Selaparang.
Pulau Lombok sejak zaman kerajaan Majapahit sudah terkenal. Hal ini terbukti
dengan disebutnya dalam buku Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca.
Negarakertagama ditemukan juga di Lombok.
Legenda masyarakat Sasak menceritakan bahwa pada zaman dahulu kala, kerajaan
Mataram Lama di Jawa Tengah dipimpin oleh seorang raja wanita bernama
Pramudawardhani yang kawin dengan Rakai Pikatan. Konon
sangPermaisuri adalah seorang ahli pemerintahan, sedangkan sang suami ahli
peperangan. Kekuasaannya ke barat sampai ke Pulau Sumatra, ke timur sampai ke
Pulau Flores. Ketika itulah banyak rakyat Mataram pergi berlayar ke arah timur
melalui Laut Jawa menggunakan perahu bercadik.
Tujuan mereka berlayar tidak diketahui secara pasti. Apakah untuk memperluas
kekuasaan atau menghindari kerja berat, karena pada saat itu Candi Borobudur,
Candi Prambanan, dan Candi Kalasan sedang dibangun oleh sang raja.
Demikianlah mereka berlayar lurus ke timur dan mendarat di sebuah pelabuhan.
Pelabuhan itu diberi nama Lomboq (lurus), untuk mengenang perjalanan panjang.
Mereka lurus ke timur tersebut. Selanjutnya, Lomboq kini tidak hanya menjadi
nama pelabuhan tempat perahu itu mendarat, tetapi juga menjadi nama pulau
Lomboq yang kemudian berubah menjadi Lombok. Mereka berlayar menggunakan perahu
bercadik yang disebut “sak-sak”, dan jadilah mereka dinamakan orang Sak-Sak
Yang berarti orang yang datang menggunakan perahu. Kemudian, mereka membaur
dengan penduduk asli. Pada waktu itu, di Pulau Lombok telah ada kerajaan yang
disebut kerajaan Kedarao (mungkin sekarang Sembalun dan Sambelia).
Mereka kemudian mendirikan kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok
sekarang. Kerajaan Lombok menjadi besar, berkembang dalam lima abad, hingga
dikenal di seluruh Nusantara, sebagai pelabuhan yang dikunjungi oleh para
pedagang dari Tuban, Gresik, Makasar, Banjarmasin, Ternate, Tidore, bahkan
Malaka. Jika datang ke Lombok, orang Malaka membeli beras, tarum, dan kayu
sepang.
Kerajaan Lombok kemudian dikalahkan oleh kerajaan Majapahit. Raja dan
permaisurinya lari ke gunung dan mendirikan kerajaan baru Yang diberi nama
Watuparang yang kemudian terkenal dengan nama kerajaan Selaparang.
Kapan nama Lomboq berubah menjadi Lombok, dan nama Sak-Sak berubah menjadi
Sasak tidak diketahui secara pasti. Yang jelas sekarang pulaunya terkenal
dengan nama Pulau Lombok dan suku bangsanya terkenal dengan nama suku Sasak.
Nama Selaparang Sudah diabadikan menjadi nama sebuah jalan protokol dan
nama lapangan terbang di Mataram, ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sumber : http://lombok-cyber4rt.blogspot.com/2013/02/sejarah-asal-usul-nama-lombok-cerita.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar